Resensi Buku Ensiklopedia Drama dan Teater Tradisional
Drama dan Teater Tradisional
Pengarang: Irwan H Prasetya
Sejarah Kemunculan Seni Teater
Teater seni drama yang merupakan penampilan perilaku manusia dengan gerak, tari, dan juga nyanyi yang pada bagian tertentu diiringi musik. Di dalam seni drama terdapat dialog serta akting pemain. Istilah teater berasal dari kata 'theatron', yang berarti tempat ketinggian sebagai tempat meletakkan sesajian persembahan bagi para dewa. Pada zaman Yunani Kuno, tempat persembahan semacam itu dikelilingi lapangan untuk tempat berkumpulnya para pengikut upacara.
Contohnya seperti:
Ketoprak
Ketoprak merupakan suatu bentuk drama rakyat tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Ketoprak juga dikenal di Jawa Timur.
Ketoprak yang ada sekarang adalah perkembangan bentuk ketoprak lesung yang muncul sekitar satu abad yang lalu di Surakarta.Konon kabarnya, ketoprak diciptakan oleh Raden Kanjeng Tumenggung Wreksodiningrat, Bupati Gedongkiwo, Kasunanan Surakarta pada tahun 1898. Pada saat itu di Surakarta berjangkit penyakit pes. KRT Wreksodiningrat sedih dan terharu melihat warganya yang menderita. Kemudian ia memerintahkan beberapa abdinya untuk menghibur warga yang tertimpa kemalangan. Kelompok penghibur tersebut menari dan menyanyi dengan iringan lesung (alat penumbuk padi) sebagai alat tabuhnya. Oleh hiburan ini disebut ketoprak lesung. Pada tahun-tahun selanjutnya hiburan ini makin berkembang dengan adanya beberapa kelompok seniman.
Peralatannya semakin berkembang sehingga digunakan gamelan sebagai pengiringnya. Kelompok ini mulai tampil di luar keraton, bahkan menyebar ke daerah Yogyakarta sekitar tahun 1900-an.Kesenian ketoprak berawal dan ketoprak lesung, yaitu kelompok pertunjukan yang diiringi musik irama lesung penumbuk padi zaman dulu.
Teater yang amat populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta ini cukup tua usianya. Mula-mula hanya merupakan permainan lesung orang-orang desa di bawah bulan purnama, kemudian ditambah tembang dan nyanyian. Jadi, bukan tontonan. Baru pada tahun 1909, setelah dimodifikasi dengan tambahan alat-alat musik, seperti terbang, seruling, dan kecrek, pertunjukan ini dipertontonkan.
Pada tahun 1920-an berkembanglah kelompok-kelompok ketoprak yang mempertontonkan ketoprak dalam bentuk seperti yang kita kenal sekarang. Pertunjukannya pun tidak lagi diselenggarakan di halaman rumah atau pendapa, melainkan beralih ke panggung prosenium. Cerita yang dipentaskan beragam dan sejak tahun 1930-an sudah mengambil sumber-sumber cerita yang modern.
Komentar
Posting Komentar